123 }

Jumat, 10 Agustus 2012

manusia seperti Alexander dan Plato, Napoleon dan Guthe nampak sebagai butiran kecil di hadapan mereka, seperti kerlip lilin di tengah sinar matahari. Perhatikan pula Amanat yang di sampaikan Nabi- nabi itu kepada Manusia - satu jawaban atas masalah- masalah besar umat manusia yang membuat jiwa menja- di tenteram, sedang Akal tidak sanggup memecahkannya, jawaban yang demikian terangnya, begitu jelas dan me- muaskan. Mungkinkah sumber jawaban itu lain dari Yang Maha Tinggi? Dari Wahyu-lah dunia beroleh jawaban atas per- tanyaan : Dari mana aku datang dan ke mana aku akan pergi ; dan sehubungan dengan itu : Apakah yang harus aku lakukan dan akan jadi apakah aku seharusnya. De- ngan kata-kata lain wahyu-lah yang mengajarkan manusia bahwa ada satu Wujud Yang Maha ,Sempurna yang te- lah menciptakan manusia dan alam semesta. Adalah ke- hendak-Nya supaya aku beroleh kesempumaan. Aku harus berbuat sesuai dengan kehendak-Nya;: aku harus menjadi seperti yang di kehendaki-Nya. Aku harus pergi kehadapan Hadirat-Nya dan mempertanggung jawabkan segala yang aku lakukan. Apabila Ia membenarkan aku maka alangkah besamya hasil yang aku capai, dan kalau tidak, betapa gagal hidupku I Inilah yang telah di ajarkan setiap Nabi. Pada prin- sipnya tidak ada perbedaan dalam ajaran Nabi-nabi itu. Itulah sebenamya Islam mengajarkan : Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara urusan Tuhan. (Qur'an 2: 285). 11 Perbedaan yang mungkin ada pada Nabi-nabi itu hanyalah berhubungan dengan perkembangan keperiba- dian tokoh-tokoh suci itu dan tingkat perkembangan spirituil dan moral umat yang mereka hadapi. Setiap Muslim percaya bahwa Muhammad s.a.w. adalah pengunci segala Nabi dalam kedua segi tadi, ka- rena petunjuk yang di peroleh manusia dari Nabi yang terakhir itu adalah yang paling sempurna. Tidak perlu lagi satu petunjuk lain. ltulah sebabnya Qur'an menye- rukan : Hari ini telah Aku sempurnakan agama kamu bagi kamu dan telah Aku sempurnakan Nik- matKu bagi kamu dan telah meridoi bagi ka- mu Islam sebagai Agama. (Qur'an 5: 3). Tidak ada seorang Nabi yang telah di karuniai Wah- yu yang demikian sempurna, demikian jelas dan ter- perinci. Tidak pula Nabi-nabi yang sebelum beliau di- utus untuk seluruh umat manusia. . Pokok ini perlu di bahas secara berdetail yang tidak dapat di lengkapkan di sini. Di sini hal itu di sebutkan hanya untuk meminta perhatian akan perlunya Wahyu dan Agama. Agama merupakan jawaban atas masalah pokok umat manusia : Apakah yang harus aku lakukan dan menjadi apakah aku seharusnya? Dan jawaban ini di- peroleh melalui Wahyu. srpnya uuak _aua peroeuaan dalam ajaran nam-nam itu ltulah sebenamya Islam mengajarkan : Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara utusan Tuhan. (Qur'an 2: 285). 12 Tujuan Agama Tujuan Agama ialah membuat hidup kita sesuai sepenuhnya dengan Kehendak Realita Mutlak dari alam semesta. Dan inilah Lillahiyat yang merupakan intisari aiamn Islam dan dinyatakan dalam ayat : Katakan: Sesungguhnya sholatku dan pengor- bananku dan hidupku dan matuku adalah semuanya bagi Allah Tuhan semesta alam. (Qur'an 6: 162). Kaum Sufi Islam menamakannya Ridha (senang dengan Tuhan) dan memandangnya sebagai tingkat ter- tinggi perkembangan manusia. Qur`an mengatakan : Allah senang dengan mereka dan mereka yang yang senang dengan Allah. ltulah per- olehan besar. (Qur'an 5.' 119). Dan inilah yang di sebut Ubudiyat, penyerahan sempurna kepada Allah. Dan di mana Ubudiyyah ini mencapai kesempurnaannya,Agama pun mencapai ke- sempumaannya; dan manusia di mana Ubudiyyah men- capai kesempurnaannya menjadi manusia yang paling sempuma, dan yang paling sempuma di antara manusia ini akan mencapai tingkat Mahbuub. kekasih Allah. Nabi Besar itu demikian tingginya yang tidak ter- dapat pada penumbuh agama yang manapun. Itulah sebab- nya maka dalam bahasa Tasauf beliau telah mencapai tingkat Mahbuub. Karena beliau telah menjadi tempat   continue